Selasa, 11 April 2017

Profil Klub

  • Tahun berdiri1915
  • MarkasAndi Mattalatta, Makassar, Indonesia (kapasitas 20.000)
  • JulukanJuku Eja (Ikan Merah), Pasukan Ramang, Ayam Jantan dari Timur
  • Warna kaosBiru dan merah
  • Sponsor SeragamSemen Bosowa
  • Ketua UmumSadikin Aksa
  • PelatihRobert Rene Albert
  • Pemain BintangPonaryo Astaman, Syamsul Bachri Chaeruddin, Hamka Hamzah

Prestasi

  • Perserikatan5 Kali; 1957, 1959, 1965, 1966, 1992
  • Liga Indonesia1 Kali; 1999-2000
  • Jusuf Cup7 kali; 1965, 1967, 1975, 1978, 1980, 1984, 1999
  • Soeharto Cup1 kali; 1974
  • Habibie Cup4 kali; 1993, 1995, 1996, 1997
  • Ho Chi Minh City Cup1 kali; 2001
PSM Makassar atau Persatuan Sepak bola Makassar merupakan tim sepak bola Indonesia yang bermarkas di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Menurut sejarah, tim Ayam Jantan dari Timur, sebutan untuk PSM Makassar ini, berdiri tanggal 2 November 1915. Saat itu di Makassar berdiri sebuah tim bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang dipercaya menjadi cikal bakal dari PSM Makassar sekarang.
Sekitar tahun 1920an sampai 1940an sudah melakukan beberapa pertandingan dengan tim lokal maupun internasional. Saat Jepang menduduki Indonesia dan sampai di Makassar, terpaksa MVB harus tutup karena beberapa pemainnya yang berkebangsaan Belanda ditangkap, dan yang pribumi dipaksa untuk Romusa. Tetapi karena Jepang mengizinkan bila menggunakan nama Indonesia, akhirnya MVB berganti nama menjadi PSM Makassar.
Tahun 50an, PSM Makassar sudah mulai menjajakan kakinya di pulau Jawa dan PSSI. Saat itu, PSM Makassar dikenal dengan salah satu pemainnya bernama Ramang, hal itu membuat tim ini kadang disebut dengan julukan Pasukan Ramang. Saat ini PSM Makassar dikenal sebagai tim yang konsisten dalam liga-liga di Indonesia. Menjadi salah satu tim terkuat di Indonesia, PSM Makassar sudah mengantongi beberapa gelar juara nasional maupun Internasional.
PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia yang masih eksis di persepakbolaan tanah air. Berdiri pada 2 November 1915 dengan nama awal Makassar Voetbal Bond (MVB), PSM bukan hanya sarat prestasi tapi juga pernah melahirkan pesepakbola terbaik Indonesia pada era masing-masing.
PSM tercatat lima kali juara Perserikatan yakni pada tahun 1957,1959, 1965, 1966, dan 1992. Klub berjuluk Juku Eja ini juga berjaya di Soeharto Cup 1974.
Ketika era Perserikatan berakhir pada 1994, PSM berhasil menembus partai puncak di Stadion Gelora Bung Karno sebelum takluk ditangan Persib Bandung.
Pamor PSM tetap terjaga di era Liga Indonesia dengan merebut juara pada musim 1999/2000 plus jadi runner-up pada pada tahun1996, 2001 2003 dan 2004. Di pentas internasional, PSM juara di Piala Ho Chi Minch City 2001 dan menembus perempat final Liga Champions pada tahun sama.
Tim Juku Eja pun pernah melahirkan pemain yang mencuat sampai level nasional seperti Ramang, Maulwi Saelan, Suwardi Arland, Harry Tjong, Rasyid Dahlan, M. Basri, Ronny Pattinasarani, Hamka Hamzah, Zulkifli Syukur dan Syamsul Chaeruddin.

BINTANG: SYAMSUL CHARUDDIN
Usia Syamsul Chaeruddin sudah 33. Tapi, gelandang jangkar yang jadi tulang punggung Timnas Indonesia di Piala Asia 2004 dan 2007 ini tetap jadi roh permainan PSM di Indonesia Soccer Championship 2016. Bagus atau tidak penampilan Juku Eja saat bertanding tergantung kondisi Syamsul.
Bergabungnya sejumlah pemain anyar seperti Rizky Pellu dan Ferdinand Sinaga tidak menyurutkan pamor Syamsul di PSM. Bagi, gelandang kelahiran Limbung, Gowa, 9 Februari 1983 ini, ISC 2016 adalah pertaruhan terbesar dalam kariernya sebagai pesepak bola.
Pasalnya, sejak bergabung di PSM pada 2001, gelandang yang sempat membela Persija Jakarta dan Sriwijaya FC ini tidak pernah membawa Juku Eja meraih gelar di pentas elite nasional.
Syamsul Chaerrudin hanya membawa PSM dua kali menempati posisi dua besar Liga Indonesia edisi 2003 dan 2004. Di level Timnas Indonesia, Syamsul adalah langganan starter sejak 2002 sampai 2007 meski pelatih selalu berganti.
Gelar juara yang diraih Syamsul bersama timnas adalah memenangi trofi juara Turnamen Piala Sultan Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam pada 2002. Prestasi yang tidak pernah lagi diulang oleh Tim Merah-Putih hingga kini.
"Musim ini saya bertekad mengakhiri dahaga panjang gelar buat PSM. Sesuatu yang tidak mudah. Hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah," ungkap Syamsul.
Syamsul diharapkan jadi mentor bagi pemain belia yang mendominasi skuat Tim Ayam Jantan dari Timur musim ini. Pelatih PSM, Luciano Leandro menyakini sang gelandang yang berstatus sebagai tim mampu melakukan itu. Pengalaman panjang merasakan laga-laga penuh tekanan, serta rasa cinta yang besar pada PSM jadi modal bagus bagi Syamsul untuk memberi pembeda pada Tim Juku Eja.